#Tantangan Gurusiana

#Hari ke-47

Bagi seorang anak sosok ibu adalah sosok pahlawan. Bisa menjadi guru, teman, panutan dan tempat mencurahkan persoalan yang sulit untuk diselesaikan. Itulah sebagian gambaran keberadaan ibu dalam hidupku.

Dalam keluarga biasanya yang suka belanja adalah istri. Tetapi tidak demikian di dalam keluargaku. Aku sangat memperhitungkan apa-apa yang akan aku beli, karena prioritas adalah keperluan pendidikan dan kesehatan keluarga. Sehingga untuk membeli sesuatu aku harus berpikir ulang, apakah benda yang akan aku beli benar-benar dibutuhkan.

Lain lagi dengan suamiku, ia sangat senang berbelanja, dan barang yang dibeli biasanya kualitasnya bagus. Pasti harganya tidak murah. Semula untuk membeli sesuatu ,ia selalu meminta pendapatku. Seperti biasa aku akan memberikan pendapat agar dipikirkan, apakah benda itu benar-benar dibutuhkan. Akhirnya ia tidak jadi beli.

Lama-lama suamiku menggunakan jurus "kejutan". Ia tak lagi minta pendapat, langsung beli. Seharusnya aku merasa senang, karena yang dibeli suamiku adalah barang-barang rumah tangga, seperti panci serba guna dan semacamnya. Tetapi aku berpendapat bahwa benda-benda itu belum aku butuhkan, lebih baik uangnya ditabung atau untuk yang lebih penting. Sering kali akhirnya aku ngomel, karena perlengkapan rumah semakin menumpuk, dan aku enggan menggunakannya.

Pada suatu saat aku ceritakan masalahku ini kepada ibu, lengkap dengan alasan mengapa aku kurang suka dengan hobby suamiku berbelanja. Dengan tersenyum ibuku menjawab " biar saja, dari pada suamimu senang dengan yang lain." Jawaban pendek tapi sangat masuk akal. Sejak saat itu aku tak pernah ngomel kalau suamiku membuat "kejutan" . Peralatan memasakku lengkap. Resikonya aku harus menyukai hobby baru yaitu memasak. Tak apalah, yang penting suamiku tidak membuat kejutan yang lain.

Terima kasih ibu, nasehatmu menyejukkan kalbu

Malang, 29 Mei 2020